BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk
yang sebaik-baiknya. Manusia dibekali dengan akal yang bisa membantu mereka
untuk menjadi makhluk yang paling mulia, sehingga manusia bisa menjadi khalifah
di muka bumi ini. Salah satu tugas
manusia adalah menebarkan kebaikan di mana saja ia berada, menjadi manusia yang
bermanfaat, bukan saja untuk dirinya, tetapi juga untuk orang lain dan seluruh
alam semesta, tanpa kecuali.
Dalam melakukan suatu kebaikan, harus diperhatikan
niat dan juga caranya berdasarkan ketentuan dari Allah dan RasulNya, agar
setiap kebaikan yang kita lakukan bermanfaat terutama bagi diri kita sendiri
dan pastinya juga bagi orang lain di sekitar kita. Setiap perbuatan manusia
baik ataupun buruk, memiliki nilai di mata Allah, dan juga di mata manusia
lainnya. Bagi siapapun yang menunjukkan kebaikan, Allah menjanjikan balasan
berupa pahala yang berlipat ganda dan jaminan di surga.
B. PERUMUSAN MASALAH
1.
Seperti apakah makhluk yang paling mulia
itu ?
2.
Apa sajakah tugas-tugas manusia ?
3.
Apa sajakah kebaikan yang bisa dilakukan
oleh manusia ?
4.
Seperti apakah niat untuk melakukan
kebaikan ?
5.
Seperti apakah cara untuk melakukan
kebaikan ?
6.
Seperti apakah nilai perbuatan manusia ?
7.
Seperti apakah balasan dari Allah bagi manusia
yang menunjukkan kebaikan ?
C. PEMBATASAN MASALAH
Karena terbatasnya sumber penyusunan makalah, dan
sesuai dengan materi yang diberikan, maka makalah ini hanya membahas nilai bagi
orang yang menunjukkan kebaikan.
D. TUJUAN PENYUSUNAN
Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah
Qur’an-Hadits, makalah ini juga disusun untuk mengetahui nilai bagi orang yeng
menunjukkan kebaikan, terutama di mata Allah SWT.
BAB II
NILAI BAGI ORANG YANG MENUNJUKKAN
KEBAIKAN
A. PERINTAH BERBUAT KEBAIKAN
Artinya
:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” {Q.S.
An-Nahl (16) : 90 }
Artinya
:
“Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu
sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri.”{Q.S. An-Nisa (4) :
36}
B. PENGERTIAN KEBAIKAN
Di dalam
beberapa buah kamus dan ensiklopedi diperoleh pengertian kata “baik” sebagai
berikut :
1.
Sesuatu
yang telah mencapai kesempurnaan (Al Munjid, hlm.198)
2.
Sesuatu
yang menimbulkan rasa keharuan dalam kepuasan, kesenangan, persesuaian dan
seterusnya. (Webster’s New TwentiethCentury Dictionary, hal. 789);
3.
Sesuatu
yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan, yang memberikan
kepuasan. (The Advanced Learner’s Dictionary of current KEnglish,
hal.430)
4.
Sesuatu
yang sesuai dengan keinginan (Webster’s World University Dictionary, hal.
401)
5.
Suatu
hal dikatakan baik, bila ia mendatangkan rahmat, memberikan perasaan senang atau
bahagia. Jadi sesuatu yang dikatakan baik bila ia dihargai secara positif (Ensiklopedi
Indonesia, I, Hal. 362)[1].
C. KRITERIA KEBAIKAN
Ada beberapa kriteria untuk menentukan perbuatan
seseorang bisa dikatakan sebagai suatu kebaikan, yaitu :
1. Setiap kehendak selalu menuju kepada suatu tujuan
(niat). Suatu perbuatan dapat diberi nilai baik atau buruk karena dilihat dari
niat orang yang melakukannya, tidak dilihat dari hasil sebagai akibat dari perbuatannya
itu. Maka perbuatan yang disertai niat baik, bernilai baik, meskipun
mengakibatkan keburukan. Dan perbuatan dengan niat buruk, tetap bernilai buruk
meskipun menghasilkan kebaikan.
2. Dalam menetapkan nilai perbuatan manusia, selain
memperhatikan niat yang mendasarinya, kriteria lain yang harus diperhatikan
adalah cara melakukan perbuatan itu. Meskipun seseorang mempunyai niat baik, tetapi
dia melakukan dengan cara yang salah, dia dinilai tercela karena salah
melakukannya, bukan tercela karena niatnya. Sebagai contoh, bersedekah adalah
baik, tetapi ia diberikan dengan cara yang dapat menyakiti hati si penerima,
maka ia dapat dinilai buruk.
3. Untuk menilai baik buruknya niat dan cara seseorang
dalam melakukan perbuatannya haruslah berdasarkan ajaran Alquran dan Sunnah.[2]
D. MACAM-MACAM KEBAIKAN
Kebaikan itu banyak sekali macamnya, baik kebaikan
terhadap diri sendiri, terhadap Allah, terhadap sesama manusia , dan juga
terhadap makhluk Allah yang lainnya. Setiap perbuatan baik merupakan sedekah.
Firman Allah SWT :
Artinya
:
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke
arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan
itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan
orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan
shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah
orang-orang yang bertakwa.” { Q. S. Al-Baqarah (2)
: 177 }
Dari
ayat tersebut, kita dapat mengetahui bahwa perbuatan baik itu antara lain :
1.
Beriman kepada Allah,
malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari akhir, serta qadha
dan qadar ( rukun iman ),
2.
Memberikan hartanya kepada yang
membutuhkan,
3.
Melaksanakan Rukun Islam,
4.
Menepati janji,
5.
Bersabar, dsb.
Demikian
pula dalam hadits-hadits Rasulullah tentang kebaikan, antara lain :
عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ الْخُزَاعِيِّ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُحْسِنْ إِلَى جَارِهِ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَسْكُتْ
Artinya :
“Dari Abu Syuraih
Al Khuza'i RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berlaku baik terhadap
tetangganya. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia
menghormati tamunya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir,
hendaklah ia berbicara yang baik atau diam" {HR. Muslim 1/50}
حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا الْمُنْكَدِرُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ عَنْ
أَبِيهِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَعْرُوفٍ صَدَقَةٌ وَإِنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ
أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ وَأَنْ تُفْرِغَ مِنْ دَلْوِكَ فِي إِنَاءِ
أَخِيكَ
Artinya
:
“Qutaibah menceritakan kepada kami, Al Munkadir bin
Muhammad Al Munkadir menceritakan kepada kami, dari bapaknya, dari Jabir bin
Abdullah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Setiap perbuatan baik
adalah sedekah, dan sesungguhnya termasuk perbuatan baik adalah kamu bertemu
saudaramu dengan wajah yang berseri-seri, (juga) menuangkan (air) dari embermu
ke ember saudaramu'. " { HR. Tirmidzi. Shahih: At-Ta'liq Ar-Raghib (3/264)
}
سُلاَمَى
مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ، كُلُّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ
تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ،
وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ
عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ، وَبِكُلِّ
خُطْوَةٍ تَمْشِيْهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ وَ تُمِيْطُ اْلأَذَى عَنِ
الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ . (رواه البخاري ومسلم)
Artinya :
“Dari
Abu Hurairah “Setiap anggota badan
manusia diwajibkan bershadaqah setiap hari selama matahari masih terbit. Kamu
mendamaikan antara dua orang (yang berselisih) adalah shadaqah, kamu menolong
seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas
kendaraannya adalah shadaqah, berkata yang baik itu adalah shadaqah, setiap
langkah berjalan untuk shalat adalah shadaqah, dan menyingkirkan suatu
rintangan dari jalan adalah shadaqah ". (HR.
Bukhari dan Muslim)
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدٍ أَخْبَرَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ حَدَّثَنَا الرَّبِيعُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ زِيَادٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ لَا يَشْكُرُ اللَّهَ
Artinya
:
“Ahmad
bin Muhammad menceritakan kepada
kami. Abdullah bin Al Mubarak mengabarkan kepada kami, Rabi' bin Muslim
menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ziyad menceritakan kepada kami. dari Abu
Hurairah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidak
berterima kasih kepada manusia. maka ia tidak bersyukur kepada Allah'."{
HR. Tirmidzi. Shahih:
Al Misykah (3025), Ash-Shahihah (417)
dan At-Ta'liq Ar-Raghib (2/56) }
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ
الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ
Artinya :
“Dari Abdullah
bin Mas'ud RA, dia berkata, "Rasulullah SAW telah bersabda, “'Kalian harus berlaku jujur, karena
sesungguhnya kejujuran itu akan membimbing kepada kebaikan. Dan kebaikan itu
akan membimbing ke surga.” { HR. Muslim 8/29}
Dari hadits-hadits tersebut di atas, kita juga bisa
mengetahui bahwa kebaikan itu antara lain :
1. Bersikap baik terhadap tetangga dan menghormati
tamu,
2. Berbicara yang baik,
3. Memasang wajah yang berseri-seri dan tersenyum
terhadap saudara,
4. Menyingkirkan rintangan di jalan, seperti batu,
duri, dan tulang,
5. Mendamaikan dua orang yang berselisih,
6. Menolong orang untuk naik ke atas kendaraan,
7. Membantu mengangkat barang yang berat,
8. Berterima kasih terhadap orang yang telah melakukan
kebaikan terhadap kita,
9. Berlaku jujur, dsb.
Selain kebaikan-kebaikan tersebut, ada amalan
kebaikan yang pahalanya akan mengalir terus walaupun pelakunya telah wafat,
sebagaimana dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, yaitu antara lain :
Rasulullah SAW
bersabda, "Apabila anak Adam
(manusia) wafat, maka terputuslah semua (pahala) amal perbuatannya kecuali tiga
macam perbuatan, yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh
yang mendoakannya" (HR. Muslim).
Dalam riwayat
lain, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya
di antara amal kebaikan yang mendatangkan pahala setelah orang yang
melakukannya wafat ialah ilmu yang disebarluaskannya, anak saleh yang
ditinggalkannya, mushaf (kitab-kitab keagamaan) yang diwariskannya, masjid yang
dibangunnya, rumah yang dibangunnya untuk penginapan orang yang sedang dalam
perjalanan. sungai yang dialirkannya untuk kepentingan orang banyak, dan harta
yang disedekahkannya” (HR. Ibnu Majah).[3]
E. MANFAAT KEBAIKAN
Kebaikan
dapat memberikan banyak manfaat, terutama terhadap diri sendiri, yaitu antara
lain :
1.
Membuat kita bahagia.
Ketika
kita melakukan sesuatu yang baik untuk orang lain, kita merasa baik, karena
kita merasa bahwa ini merupakan hal yang benar untuk dilakukan.
2.
Membuat jantung kita lebih sehat
Kebaikan
sering disertai dengan kehangatan emosional. Kehangatan emosional menghasilkan
hormon oksitosin di otak dan ke seluruh tubuh. Oksitosin menyebabkan pelepasan
bahan kimia yang disebut oksida nitrat di pembuluh darah, yang dilatasi
(melebarkan) pembuluh darah. Hal ini mengurangi tekanan darah, dan karena itu
oksitosin dikenal sebagai hormon “pelindung kardio” karena melindungi jantung
(dengan menurunkan tekanan darah).
3.
Memperlambat penuaan
Penuaan
pada tingkat biokimia adalah kombinasi dari banyak hal, tetapi dua penyebab
yang mempercepat proses adalah radikal bebas dan inflamasi, yang keduanya hasil
dari membuat pilihan gaya hidup yang tidak sehat. Oksitosin (yang diproduksi
melalui kehangatan emosional) mengurangi kadar radikal bebas dan peradangan
pada sistem kardiovaskular dan dengan demikian memperlambat penuaan pada
sumbernya.
4.
Membuat hubungan yang lebih baik
Ini
adalah salah satu poin yang paling jelas. Kita semua tahu bahwa kita menyukai
orang yang menunjukkan kepada kita kebaikan. Hal ini karena kebaikan mengurangi
jarak emosional antara dua orang, sehingga kita merasa lebih “terikat.” Ini
adalah sesuatu yang begitu kuat dalam diri kita bahwa itu sebenarnya hal yang
genetik.
5.
Menularkan kebaikan
Ketika
kita baik, kita mengilhami orang lain untuk bersikap baik.[4]
F. NILAI BAGI ORANG YANG MENUNJUKKAN
KEBAIKAN
Kata “nilai” dalam
bahasa Inggris disebut value yang berarti
harga, penghargaan, atau tafsiran. Artinya harga atau penghargaan yang melekat
pada sebuah objek yang berbentuk benda, barang, keadaan, perbuatan, atau
perilaku. Nilai adalah sesuatu yang abstrak, hanya bisa dipikirkan, dipahami,
dan dihayati. Nilai juga berkaitan dengan cita-cita, harapan, keyakinan, dan
hal-hal yang bersifat batiniah. Menilai berarti menimbang, yaitu kegiatan
manusia yang menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain untuk mengambil
suatu keputusan.
Nilai bagi orang yang
menunjukkan kebaikan berarti suatu penghargaan terhadap orang-orang yang telah
menunjukkan kebaikannya, atau telah berbuat baik. Nilai tersebut bisa berasal
dari Allah, maupun dari makhluk Allah lainnya. Allah SWT berfirman :
Artinya
:
“Dan apa saja kebajikan yang mereka
kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak dihalangi (menerima pahala)nya; dan
Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa.”{Q.S.
Ali-Imran (3) : 115}
Artinya :
“Sifat-sifat yang baik
itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang
besar.” {Q.S. Fussilat (41) : 35}
Artinya :
“Barangsiapa membawa amal yang
baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang
membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang
dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).”
{Q.S. Al-An’am (6) :160}
Artinya
:
”Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah
sebaik-baik makhluk.” {Q.S. Al-Bayinah (98)
:7 }
Artinya
:
“Balasan mereka di sisi Tuhan
mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal
di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha
kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada
Tuhannya.”{Q.S. Al-Bayinah (98) :8}
حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ عَنْ مُحَمَّدٍ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ أَحَادِيثَ مِنْهَا قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ إِذَا تَحَدَّثَ عَبْدِي بِأَنْ يَعْمَلَ حَسَنَةً فَأَنَا أَكْتُبُهَا
لَهُ حَسَنَةً مَا لَمْ يَعْمَلْ فَإِذَا عَمِلَهَا فَأَنَا أَكْتُبُهَا بِعَشْرِ
أَمْثَالِهَا وَإِذَا تَحَدَّثَ بِأَنْ يَعْمَلَ سَيِّئَةً فَأَنَا أَغْفِرُهَا
لَهُ مَا لَمْ يَعْمَلْهَا فَإِذَا عَمِلَهَا فَأَنَا أَكْتُبُهَا لَهُ بِمِثْلِهَا
Artinya
:
“Dari
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda, ''Allah Azza Wa Jalla telah berfiman, "Apabila
hamba-Ku berniat akan melakukan satu kebaikan maka Aku mencatat untuknya satu
kebaikan sebelum ia melakukannya, jika ia melakukannya maka Aku mencatat
untuknya sepuluh kali lipat. Apabila hamba-Ku berniat melakukan kejelekan maka
Aku ampuni selama ia belum melakukan kejelekan itu, jika dia melakukannya, maka
Aku mencatatnya seperti perbuatannya." {HR.
Muslim 1/82}
عَنْ عَائِشَةَ رَحِمَهَا اللَّهُ
قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ
Artinya
:
“Dari
Aisyah, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Sesungguhnya
seorang mukmin dengan budi pekertinya yang baik dapat mencapai derajat orang
yang senantiasa berpuasa dan mengerjakan shalat pada malam harinya'. " { HR. Abu Daud. Shahih: Al Misykah (5082)
}
عَنْ
أَبِي الدَّرْدَاءِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا
مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ
Artinya :
“Dari Abu
Darda', dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Tiada suatu yang lebih berat
dalam timbangan seorang mukmin di hari Kiamat kelak daripada akhlak yang
mulia" { Shahih: HR.
At-Tirmidzi (2087) }
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ
لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ
لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ
لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
Artinya
:
“Dari
Abu Umamah, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, “Aku dapat menjamin
sebuah rumah di kebun surga untuk orang yang meninggalkan perdebatan meskipun
ia benar. Dan (menjamin sebuah rumah) di pertengahan surga bagi orang yang
tidak berdusta meskipun bergurau. Dan (menjamin sebuah rumah) di bagian yang
tinggi dari surga bagi orang yang baik budi pekertinya'. " { HR.
Abu Daud. Hasan: Ash-Shahihah (273) }
Dari ayat-ayat Al-qur’an dan
hadits-hadits Rasulullah tersebut, kita dapat mengetahui bahwa nilai orang yang
menunjukkan kebaikan di mata Allah antara lain adalah :
1.
Dipandang
sebagai orang yang bertakwa, orang yang sabar, dan orang yang beruntung,
2.
Mendapatkan
pahala yang berlipat ganda,
3.
Dipandang
sebagai makhluk yang sebaik-baiknya,
4.
Dijanjikan surga
Aden yang mengalir sungai di bawahnya, serta kekal di dalamnya selama-lamanya,
5.
Mendapatkan
keridhaan dari Allah SWT,
6.
Niat baik sudah
dianggap sebagai satu kebaikan,
7.
Mukmin yang
berbudi pekerti baik, derajatnya dianggap sama dengan orang yang senantiasa
puasa dan mengerjakan shalat malam,
8.
Akhlak mulia
dapat memberatkan timbangan,
9.
Dijaminkan
sebuah rumah di surga.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kebaikan merupakan salah satu tugas yang
diperintahkan oleh Allah SWT kepada manusia. Suatu perbuatan dinilai sebagai
suatu kebaikan apabila bisa mendatangkan kesenangan dan kepuasan, baik bagi
diri sendiri dan juga orang lain. Untuk melakukan suatu kebaikan, harus
diperhatikan niat dan juga caranya, yang sesuai dengan ajaran Allah dan
RasulNya, agar kebaikan tersebut tidak sia-sia. Kebaikan bisa dilakukan kepada
siapapun, baik terhadap orang tua, karib kerabat, sesama manusia, dan juga
makhluk Allah lainnya. Setiap kebaikan dipandang sebagai sedekah, dan Allah
memberikan nilai bagi orang yang menunjukkan kebaikan, sebagai orang yang
bertakwa, dan Allah menjanjikan balasan berupa pahala yang berlipat ganda dan
jaminan di surga.
B. SARAN
Sebagai manusia yang telah diciptakan begitu
sempurna dan memiliki kedudukan yang paling mulia dibandingkan makhluk Allah
lainnya, kita harus senantiasa menebarkan kebaikan di mana saja kita berada.
Untuk bisa melakukan kebaikan, pastinya kita harus mengetahui apa saja
perbuatan baik yang bisa kita lakukan. Kita juga harus bisa meluruskan niat,
dan juga mempelajari cara untuk melakukan kebaikan, agar kebaikan yang kita
lakukan benar-benar bisa menjadi kebaikan untuk kita dan orang lain sekitar
kita.
DAFTAR PUSTAKA
Yusran
Khaidir Al_lumbuky, Kriteria Kebaikan dan
Keutamaan Akhlak Manusia, 12 Juli 2012, http://jimmygeneh.blogspot.com/2012/07/kriteria-kebaikan-dan-keutamaan-akhlak.html
Hannan
Putra, Heri Ruslan, Ini 7 Amalan yang
Pahalanya Terus Mengalir, Ensiklopedi Hukum Islam, Kamis, 28 Juni 2012,
04:44 WIB, http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/06/28/m6appd-ini-7-amalan-yang-pahalanya-terus-mengalir
Dwiana
Rahma, 5 Manfaat Kebaikan, Kamis, 14
Februari 2013, http://dwiana-rahmawati.blogspot.com/2013/02/5-manfaat-kebaikan.html
Qur’an
Karim, Winrar.Zip
Mushaf
Madinah.PDF
Kampung
Sunnah.org
[1]Yusran
Khaidir Al_lumbuky, Kriteria Kebaikan dan
Keutamaan Akhlak Manusia, 12 Juli 2012, http://jimmygeneh.blogspot.com/2012/07/kriteria-kebaikan-dan-keutamaan-akhlak.html
[2]
Ibid
[3] Hannan Putra, Heri Ruslan, Ini 7 Amalan yang Pahalanya Terus Mengalir, Ensiklopedi Hukum Islam, Kamis, 28 Juni 2012, 04:44 WIB, http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/06/28/m6appd-ini-7-amalan-yang-pahalanya-terus-mengalir
[4]
Dwiana Rahma, 5 Manfaat Kebaikan, Kamis, 14
Februari 2013, http://dwiana-rahmawati.blogspot.com/2013/02/5-manfaat-kebaikan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar