Senin, 18 November 2013

POPULASI DAN SAMPEL



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam kehidupan bermasyarakat, banyak sekali masalah yang terjadi yang memerlukan penyelesaian. Salah satu cara untuk menyelesaikan masalah adalah dengan melakukan penelitian.
Penelitian bertujuan untuk menemukan cara menyelesaikan masalah, membuktikan keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu, serta untuk mengembangkan pengetahuan yang telah ada.
Manfaat penelitian bagi manusia adalah untuk memahami masalah yang terjadi dan memecahkannya, serta mengantisipasi masalah yang belum dan akan terjadi.
Untuk bisa mendapatkan hasil yang akurat dari sebuah penelitian, diperlukan data-data yang valid dan reliable. Data-data tersebut diambil dan dikumpulkan dari populasi yang menjadi sumber data. Dengan mengambil sebagian dari populasi yang disebut sampel, seorang peneliti telah bisa menarik kesimpulan dari hasil penelitiannya, untuk kemudian digeneralisasikan kepada seluruh populasi.
Jumlah sampel yang diperlukan tergantung pada tingkat kemampuan peneliti dari segi waktu, tenaga, dan dana. Tentu saja besar kecilnya sampel yang diambil, bisa mempengaruhi keakuratan hasil penelitian. Untuk bisa mengambil sampel yang tepat, diperlukan teknik-teknik yang bisa digunakan sesuai dengan keinginan peneliti dan tujuan penelitian.

B.     PERUMUSAN MASALAH

1.      Masalah apa saja yang terjadi dalam masyarakat?
2.      Apakah yang dimaksud dengan penelitian?
3.      Apa saja tujuan dari sebuah penelitian?
4.      Apa saja manfaat dari sebuah penelitian?
5.      Apa yang dimaksud dengan populasi?
6.      Apa yang dimaksud dengan sampel?
7.      Bagaimana cara menentukan ukuran sampel yang bisa digunakan?
8.      Seperti apa teknik-teknik dalam pengambilan sampel?

C.    PEMBATASAN MASALAH

Karena begitu banyaknya hal-hal yang dibutuhkan dalam melakukan sebuah penelitian, namun terbatasnya waktu, tenaga, dan pengetahuan Tim Penyusun, serta sesuai dengan tugas yang diberikan, maka Tim Penyusun hanya membahas mengenai populasi dan sampel.

D.    TUJUAN PENYUSUNAN

Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian, makalah ini juga disusun untuk :

1.      Mengetahui pengertian populasi
2.      Mengetahui pengertian sampel
3.      Mengetahui cara menentukan ukuran sampel
4.      Mengetahui teknik-teknik pengambilan sampel


BAB II
POPULASI DAN SAMPEL

A.    PENGERTIAN
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada subjek/ objek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki objek/subjek tersebut. Satu orang-pun dapat dijadikan sebagai populasi, karena satu orang itu memiliki berbagai karakteristik, misalnya gaya bicaranya, disiplin pribadinya, hobinya, cara bergaulnya, kepemimpinannya, dll.[1] Populasi memiliki dua status, yaitu :
1.      Sebagai subjek penelitian, yaitu jika populasi berfungsi sebagai sumber informasi. Contohnya seperti manusia, hewan, tumbuhan, dokumen, produk, dll.
2.      Sebagai objek penelitian, yaitu jika populasi bukan sebagai sumber informasi, tetapi sebagai substansi yang diteliti. Contohnya seperti kepuasan kerja, komitmen organisasional, kinerja karyawan (manajemen SDM), perilaku konsumen, dll.
Namun dalam penelitian tertentu, populasi bisa berstatus ganda, yaitu sebagai subjek dan juga objek penelitian. Contohnya seperti perbedaan kinerja karyawan bank di perusahaan publik dan swasta, perbedaan cara belajar putra dan putri, perbedaan efektifitas mengajar antara guru laki-laki dan perempuan, dsb.[2]
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel digunakan apabila jumlah populasi besar dan peneliti memiliki keterbatasan, baik biaya, waktu, dan juga tempat. Apa yang dipelajari dari sampel kesimpulannya dapat diberlakukan untuk populasi. Karena itulah, maka sampel yang digunakan harus betul-betul representatif (mewakili) populasi, agar kesimpulan yang diambil tidak salah.[3]
Secara umum, sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik populasi. Dalam bahasa pengukuran, artinya sampel harus valid, yaitu bisa mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Misalnya, kalau yang ingin diukur adalah masyarakat Sunda sedangkan yang dijadikan sampel adalah hanya orang Banten saja, maka sampel tersebut tidak valid, karena tidak mengukur sesuatu yang seharusnya diukur (orang Sunda). Sampel yang valid ditentukan oleh dua pertimbangan, yaitu :
1.      Akurasi atau ketepatan , yaitu tingkat ketidakadaan “bias” (kekeliruan) dalam sampel. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya “bias” atau kekeliruan  adalah populasi.
Sebagai contoh, jika ingin mengetahui rata-rata luas tanah suatu perumahan, lalu yang dijadikan sampel adalah rumah yang terletak di setiap sudut jalan, maka hasil atau skor yang diperoleh akan bias. Kekeliruan semacam ini bisa terjadi pada sampel yang diambil secara sistematis.

2.      Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat presisi estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi (perkiraan) kita  dengan karakteristik populasi. Contoh : Dari 300 pegawai produksi, diambil sampel 50 orang. Setelah diukur ternyata rata-rata perhari, setiap orang menghasilkan 50 potong produk “X”. Namun berdasarkan laporan harian, pegawai bisa menghasilkan produk “X” per harinya rata-rata 58 unit. Artinya di antara laporan harian yang dihitung berdasarkan populasi dengan hasil penelitian yang dihasilkan dari sampel, terdapat perbedaan 8 unit. Makin kecil tingkat perbedaan di antara rata-rata populasi dengan rata-rata sampel, maka makin tinggi tingkat presisi sampel tersebut.[4]

B.     MENENTUKAN UKURAN SAMPEL
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi, bila jumlah populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut, yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil, dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).
Berapa jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam penelitian ? jawabannya tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki peneliti. Tingkat ketelitian/ kepercayaan yang dikehendaki peneliti sering tergantung pada sumber dana, waktu, dan tenaga yang tersedia. Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan, dan sebaliknya makin kecil tingkat kesalahan, maka akan semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan sebagai sumber data.[5] Walaupun tidak selalu keakuratan prediktibilitas dari suatu sampel bisa dijamin dengan banyaknya jumlah sampel.[6]
Untuk menghitung jumlah anggota sampel banyak sekali rumus yang  bisa digunakan, salah satunya adalah rumus Slovin, yaitu :

n =    N
                 1+ Ne2                   
           

di mana :
            n = Jumlah sampel
            N = Jumlah populasi
            e = Batas toleransi kesalahan (error tolerance)
            Contoh :
            Diketahui jumlah populasi (N) adalah 125, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki (e) adalah 5% atau sama dengan 0.05, maka jumlah sampel yang dapat digunakan adalah :
                        n =          125                  = 95,23 dibulatkan menjadi 95[7]
                               1+125 (0.05)2

C.    TEKNIK SAMPLING
Teknik Sampling adalah teknik pengambilan sampel. Teknik sampling terbagi dua, yaitu :
1.      Probability Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberi peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel[8]. Probability sampling meliputi :
a.       Simple Random Sampling (penarikan sampel secara random sederhana)
Yaitu cara pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara ini dilakukan apabila populasi dianggap homogen (sama).[9] Cara yang paling popular dipakai dalam proses simple random adalah dengan cara undian. Konsep dasarnya adalah bahwa setiap anggota populasi punya peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel. Misalnya, besar N = 500 anggota, dan kita ingin mengambil sampel (S) = 50, maka besarnya peluang setiap anggota populasi untuk menjadi sampel (N menjadi S) adalah S/N atau 50/500 = 1/10. Makin besar anggota sampel yang dikehendaki, peluang itu akan semakin besar.[10]

b.      Proportionate Stratified Random Sampling (penarikan sampel secara berstrata yang proporsional)
Yaitu teknik yang digunakan apabila populasi memiliki anggota/ unsur yang tidak homogen dan berstrata (bertingkat) secara proporsional.[11]
Sebagai contoh : seorang peneliti ingin mengetahui “Hubungan antara Motif Berprestasi dengan Kualitas Hasil Belajar SMP X” dengan N = 3000. Peneliti dapat saja menentukan S = 120, tanpa menentukan perbedaan strata dari anggota S tersebut. Akan tetapi hasil penelitian akan lebih bermakna, jika N = 3000 tersebut dipilah menjadi tiga strata, misalnya strata intelegensi tinggi (strata 1), sedang (strata 2), dan rendah (strata 3), misalnya berdasarkan tes intelegensi didapatkan hasil sbb :
Strata 1            =             500 orang
Strata 2            =          1.500 orang
Strata 3            =          1.000 orang
            N         =          3.000 orang

Berdasarkan pertimbangan rasional, peneliti membuat rasio mengenai besarnya S untuk masing-masing strata adalah 1 : 3 : 2, dengan anggota S = 120, maka dapat dihitung besar anggota S adalah sbb :
Strata 1            =          1/6 x 120 = 20
Strata 2            =          3/6 x 120 = 60
Strata 3            =          2/6 x 120 = 40[12]

c.       Disproportionate Stratified Random Sampling (penarikan sampel secara berstrata yang tidak proporsional)
Yaitu teknik yang digunakan bila populasi yang berstrata tetapi kurang proporsional.[13] Misalnya dari contoh sebelumnya, hasil tes intelegensi yang di dapat adalah :
Strata 1            =                 5 orang
Strata 2            =               10 orang
Strata 3            =          2.985 orang
            N         =          3.000 orang
Maka 5 orang dari strata 1 dan 10 orang dari strata 2 diambil semua sebagai sampel, karena dua kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok strata 3.

d.      Area Sampling/Cluster Sampling (pengambilan sampel dengan pengelompokkan)
Yaitu teknik yang digunakan untuk menentukan sampel apabila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari sebuah Negara, propinsi, atau kabupaten.[14] Sebagai contoh : Sudarwan dan Hadiwinarto (1992) mengadakan penelitian mengenai “Relevansi Program dan Rancangan Pelaksanaan Kegiatan KKN Mahasiswa Universitas Bengkulu dengan Kepedulian Masyarakat Pedesaan”, dengan menggunakan teknik stratified random sampling, ditentukan sampel wilayah adalah tiga kabupaten di Propinsi Bengkulu; dari tiga kabupaten tersebut dipilih beberapa kecamatan sebagai sampel wilayah, dan dari kecamatan tersebut dipilih beberapa desa sebagai sampel wilayah. Berdasarkan hal tersebut, Sudarwan dan Hadiwinarto membentuk kelompok kluster dengan berbagai tingkat, yaitu :
            Kluster Tahap 1           =  kabupaten              
            Kluster Tahap 2           =  kecamatan              
            Kluster Tahap 3           =  desa                        
Desa inilah yang dinamakan kluster, yang kemudian dijadikan sebagai unsur penarikan sampel. Desa-desa (yang ada di wilayah administratif kecamatan tertentu) ini diberi nomor dan untuk selanjutnya dipilih secara acak sesuai dengan prosedur yang berlaku.[15]

2.      Nonprobability Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.[16] Sampel yang terpilih bisa disebabkan karena faktor kebetulan, pertimbangan peneliti atau faktor lain yang direncanakan peneliti.  Penelitian dilakukan dengan cara ini jika peneliti tidak bermaksud untuk  menggeneralisasikan hasil penelitiannya atau ketika jumlah populasinya tidak diketahui secara pasti.[17] Nonprobability sampling meliputi :
a.       Sampling Sistematis
Yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu dari 1 sampai 100. Pengambilan sampel dapat ditentukan apakah nomor ganjil saja, atau nomor genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima, maka yang diambil sebagai sampel adalah yang bernomor 5, 10, 15,….., 100.[18]
Jika anggota populasinya sangat besar, misal 27000 orang, dan sampel yang dikehendaki adalah 27 orang, maka peneliti harus terlebih dahulu menentukan interval dengan formula N/S, di mana N adalah anggota populasi, dan S adalah anggota sampel. Dengan demikian intervalnya adalah 27000/27 = 1000.
Langkah selanjutnya adalah menentukan nomor sampel secara sistematis (berurutan) yaitu dari 1 sampai 27000, disertai nama subjek “pemilik” nomor tersebut. Bila yang terpilih secara acak untuk menjadi angka pertama adalah angka 11, maka anggota sampel yang terpilih berikutnya adalah 1.011, 2.011, 3.011, dan seterusnya. Perlu diperhatikan bahwa yang dijadikan ukuran di sini adalah angka pertama yang terpilih sebagai sampel pertama, untuk anggota sampel berikutnya bisa ditentukan dengan perhitungan maju atau mundur. Misalnya, bila angka yang terpilih pertama adalah 25.010, maka anggota sampel berikutnya adalah 24.010, 23.010, 22.010, dan seterusnya.[19]

b.      Sampling Kuota
Yaitu teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri (kategori) tertentu sampai kuota (jumlah) yang diinginkan.[20] Kategori tersebut bisa berupa jenis kelamin, usia, pendidikan, dan karakteristik lainnya. Sampel dipilih bukan secara acak, melainkan secara subjektif peneliti, atau berdasarkan kedekatan, kesengajaan, atau faktor lainnya. Sebagai contoh, seorang peneliti akan melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan IMB. Jumlah sampel yang ditentukan 500 orang. Langkah pertama, peneliti memilah anggota populasi atau N menjadi sub populasi (kategori), selanjutnya masing-masing sub populasi mendapatkan jatah secara seimbang[21], misalnya sub populasi ada 5 kelompok, maka masing-masing sub populasi harus mendapatkan data dari 100 orang sehingga berjumlah 500 orang. Kalau pengumpulan data belum didasarkan pada 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai, karena belum memenuhi kuota yang ditentukan.[22]

c.       Incidental Sampling/Accidental Sampling.
Yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.[23] Kata “kebetulan” di sini tidak bisa diartikan sebagai “tidak sengaja”. Misalnya : seorang peneliti ingin mengetahui tentang “tema” sebuah sinetron; pertama kali dia mewawancarai subjek yang dia temui, di mana subjek tersebut mungkin saja temannya sendiri yang sama-sama menonton sinetron tersebut di tempat yang sama. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara kepada subjek yang lain yang “kebetulan” menonton sinetron tersebut, sampai jumlah sampelnya dianggap mencukupi.[24] Teknik ini juga disebut Convenience Sampling (sampel mudah), karena pengambilan sampel hanya didasari kemudahan.

d.      Purposive Sampling
Yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, baik atas dasar pertimbangan pribadi peneliti, maupun pertimbangan para ahli.[25] Sampel yang dipilih adalah subjek yang tidak hanya sebagai pelaku, tetapi juga memahami seluk-beluk permasalahan penelitian yang menjadi fokus kerja peneliti.[26] Misalnya : peneliti ingin meneliti tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah ahli makanan.[27]

e.       Sampling Jenuh
Yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, atau kurang dari 30 orang, atau peneliti ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, di mana semua anggota populasi dijadikan sampel.[28]

f.        Snowball Sampling
Yaitu teknik pengambilan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil (misal satu atau dua orang), kemudian membesar, sampai peneliti memandang jumlah sampel telah memadai, dan data yang diperlukan telah lengkap. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama semakin besar.[29] Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama untuk menunjukkan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui pandangan kaum lesbian terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari satu orang wanita lesbian dan kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai, peneliti tadi minta kepada wanita lesbian tersebut untuk bisa mewawancarai teman lesbian lainnya. Setelah jumlah wanita lesbian yang berhasil diwawancarainya dirasa cukup, peneliti bisa menghentikan pencarian wanita lesbian lainnya. . Hal ini bisa juga dilakukan pada pencandu narkotik, para gay, atau kelompok-kelompok sosial lain yang eksklusif (tertutup).[30]




                   

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

            Populasi merupakan sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain.

            Jumlah populasi yang besar tidak memungkinkan bagi peneliti untuk meneliti seluruh populasi, untuk itulah diambil sebagian dari populasi, yang disebut sampel. Sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik populasi. Sampel harus valid berdasarkan dua pertimbangan, yaitu : akurasi (ketepatan) dan presisi.

            Besar atau kecilnya sampel yang diambil menentukan besar atau kecilnya terjadi kesalahan, namun tidak selalu sampel yang kecil menyebabkan kesalahan yang besar pada pengambilan kesimpulan.

            Teknik sampling terbagi dua, yaitu : Probability Sampling yang terdiri dari : Simple Random Sampling; Proportionate Stratified Random Sampling; Disproportionate Stratified Random Sampling; dan Area Sampling/Cluster Sampling; serta Nonprobability Sampling yang terdiri dari : Sampling Sistematis, Sampling Kuota, Incidental Sampling, Purposive Sampling, Sampling Jenuh, dan Snowball Sampling.


B.     SARAN

            Sebagai peneliti yang akan melakukan penelitian, ada baiknya bila kita mengetahui terlebih dahulu dan memahami benar tentang sampel, cara menghitung jumlahnya, serta teknik pengambilan sampelnya. Agar kesimpulan yang kita ambil dari hasil pengumpulan data anggota sampel, dapat kita tentukan seakurat mungkin, sehingga bisa digeneralisasikan kepada keseluruhan populasi.























                                     DAFTAR PUSTAKA       

Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2009

Sangadji, Etta Mamang, dan Sopiah, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian, Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2010

Danim, Sudarwan, Metode Penelitian untuk Ilmu-ilmu Perilaku, Bumi Aksara, Jakarta, 2004

Hasan Mustafa, Teknik Sampling, 2000, home.unpar.ac.id/~hasan/SAMPLING.doc


Carlos Siburian, Teknik Penarikan Sampel, 16 Mei 2012, 2012/05/randomsampling.JP


[1] Prof. Dr, Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm 90
[2] Dr. Etta Mamang Sangadji, M. Si., dan Dr. Sopiah, M. M., S. Pd., Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian, Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2010, hlm 185
[3] Prof. Dr, Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm 91
[4] Hasan Mustafa, Teknik Sampling, 2000, home.unpar.ac.id/~hasan/SAMPLING.doc
[5] Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm 97-98
[6] Hasan Mustafa, Teknik Sampling, 2000, home.unpar.ac.id/~hasan/SAMPLING.doc
[7] Dr. Etta Mamang Sangadji, M. Si., dan Dr. Sopiah, M. M., S. Pd., Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian, Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2010, hlm 189 dan http://kutukuliah.blogspot.com/2013/06/rumus-slovin-dalam-menentukan-jumlah-sampel-penelitian.html#chitika_close_button
[8] Prof. Dr, Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm 92
[9] Ibid, hlm 93
[10] Prof. Dr. Sudarwan Danim, Metode Penelitian untuk Ilmu-ilmu Perilaku, Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hlm 93
[11] Prof. Dr, Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm 93
[12] Prof. Dr. Sudarwan Danim, Metode Penelitian untuk Ilmu-ilmu Perilaku, Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hlm 93
[13] Prof. Dr, Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm 93
[14] Ibid, hlm 94
[15] Prof. Dr. Sudarwan Danim, Metode Penelitian untuk Ilmu-ilmu Perilaku, Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hlm 97-98
[16] Prof. Dr, Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm 95
[17]Carlos Siburian, Teknik Penarikan Sampel, 16 Mei 2012, 2012/05/randomsampling.JP
[18] Prof. Dr, Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm 95
[19] Prof. Dr. Sudarwan Danim, Metode Penelitian untuk Ilmu-ilmu Perilaku, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hlm 95-96
[20] Prof. Dr, Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm 95
[21] Prof. Dr. Sudarwan Danim, Metode Penelitian untuk Ilmu-ilmu Perilaku, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hlm 99
[22] Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm 96
[23] Prof. Dr, Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm 96
[24] Prof. Dr. Sudarwan Danim, Metode Penelitian untuk Ilmu-ilmu Perilaku, Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hlm 99
[25] Prof. Dr, Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm 96
[26] Prof. Dr. Sudarwan Danim, Metode Penelitian untuk Ilmu-ilmu Perilaku, Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hlm 98
[27] Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm 96
[28] Prof. Dr, Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm 96
[29] Ibid, hlm 97
[30] Hasan Mustafa, Teknik Samping, 2000, home.unpar.ac.id/~hasan/SAMPLING.doc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar